Selasa, 28 September 2010

RBT (ring back tone), the final solution?

Setelah membaca blog dari Banny Chandra di OMG mengenai penggeratisan RBT, saya malah bersebarang pendapat bukan hanya dengan penulis namun juga dengan teman-teman yang memberi komentar blog tersebut. Menurut saya kalau RBT sampai gratis yang terjadi adalah kematian secara mendadak musik Indonesia. Mengapa demikian?
Lonceng kematian musik Indonesia hampir berdentang beberapa tahun kebelakang. Siapa lagi biang keladinya kalau bukan pembajakan. Industri kehilangan sebagian besar penghasilanya akibat penjualan kaset dan CD nya dibajak, bahkan pembajak sendiri mulai pula terancan penghasilanya akibat konsumen yang lebih tertarik membajak sendiri dengan mendownload musik dari internet.
Hilangnya penghasilan, dapat menghentikan laju industri musik, hilangnya penghasilan juga dapat menghentikan artis dalam berkarya karena dapurnya berhenti mengepul. Nasib tragis yang menimpa industri perfileman yang mati suri pada tahun 90 an sepertinya akan menimpa industri musik juga pada saat itu.
Ditengah keputusasaan dunia musik Indonesia akan kelangsungan masa depanya, tiba-tiba hadirlah dewa penolong yaitu hadirnya media penjualan lagu alternatif yang bebas bajak yaitu RBT (ring back tone). Seperti mendapat suntikan segar, industripun kembali bergeliat, para artis pun kembali bersemangat dalam menghasilkan karya-karya baru, dengan kata lain industri musik indonesia terselamatkan dan kembali bangkit.
RBT ternyata efektif menjadi media dagang bila dilihat dari penghasilan yang masuk, walau pihak label dan artis harus sedikit gigit jari karena porsi pembagian keuntungan untuk pihak operator yang jauh lebih besar. Dapat dilihat disini bargening dari pihak industri dan pemusik sangat rendah mengingat mereka hanya dihadapkan pada satu pilihan untuk bertahan. Dari sini sudah dapat dijawab apa hubunganya penggeratisan RBT dengan kematian musik Indonesia.
Namun tetap sangat diharapkan adanya perubahan kebijakan dari pihak operator yang banyak merugikan para pengguna RBT itu seperti, sulitnya meng unreg RBT, jebakan-jebakan RBT gratis, harga RBT yang terlalu mahal, dll. Karena bila modus-modus ini dilanjutkan maka RBT pun sedikit demi sedikit akan ditinggalkan.
Tidak ada yang mampu mengendalikan operator-operator salain dari pemerintah. Dan memang sudah saatnya penertiban segera dilakukan oleh pemerintah terhadap operator mengingat ini sudah menjadi masalah publik dan menyangkut kelangsungan hidup musik Indonesia itu sendiri.
Dengan kata lain, kalau pemerintah tidak sanggup menertibkan pembajak, maka tertibkanlah operator-operator cellular. Sebab kalau tidak, yang terjadi adalah berubahnya pihak operator menjadi penjahat baru yang lebih jahat dari pada pembajak dalam pembunuhan musik Indonesia.

Senin, 27 September 2010

Industri musik VS Pemusik

Keseragaman sedang dialamami musik negeri saat ini. Gejala paranoid menjangkit industri musik, paranoid akan kebangkrutan yang diakibatkan semakin legalnya kegiatan pembajakan. Sifat paranoid pasti akan membuahkan sikap yang berlebihan. Akhirnya jurus cari aman adalah solusi yang diambil industri untuk tetap bertahan. Sikap berlebihan cari aman inilah yang melahirkan keseragaman warna dalam musik negeri. Akhirnya industri musik seperti diktator yang menyetir selera musik masyarakat dan karya para pemusik. Tapi anehnya cara itu berhasil, industri mampu berkelit dari serangan pembajak dan pemusik yang bisa kompromi dapat menyelamatkan dapurnya tetap mengepul. Lalu masalahnya apa? Tentu ada bahkan sangat besar, kemiskinan budaya itulah yang terjadi,tapi siapa yang perduli?
Pembajakan memang menghasilkan efek domino yang luar biasa, dimana yang terbunuh bukan hanya pelaku industri namun juga idealisme seniman dan apresiasi seni masyarakat. Ternyata para pembajak profesional yang melakukan duplikasi kaset ataupun CD yang kegiatanya sangat menghawatirkan itu tidak ada apa-apanya dibandingkan kegiatan pembajakan non profesional yang sepertinya sepele seperti download lagu di internet atau konter HP, bagi-bagi lagu lewat bluetooth atau copy paste dari flashdisk.
Siapa yang tidak mau musik gratis? Bagi pemusik hal itu bukan masalah, bahkan banyak pemusik besar dunia yang sudah melakukan menggratiskan karyanya seperti madona,prince,radio head dll. Karena bagi mereka pendiktean yang dilakukan industri sudah keterlaluan. Mereka menggratiskan lagu-lagu baru mereka didownload dan membagikan CD nya secara gratis pula. Penggratisan yang dilakukan sebenarnya adalah strategi marketing dalam upaya mendongkrak angka penjualan tiket panggung mereka. Akhirnya media panggung lah yang mereka pilih dalam mengekpresikan karyanya sekaligus dalam mencari nafkah.
Akhirnya industri musikpun menghadapi musuh baru yaitu artis-artis pemusik itu sendiri yang satu persatu mulai hengkang mencari jalanya sendiri dalam mencari nafkah. Industri musik yang hampir saja memenangkan perangnya melawan pembajak dengan cara banting setir jadi jualan RBT, sekarang harus manghadapi serangan baru dari artisnya sendiri.
Adakah suatu revolusi dalam industri musik? Kita lihat siapa yang jadi pemenang.

Selasa, 21 September 2010

Musik melayu betulkah norak?

Apakah alasan suatu musik dikatakan norak atau tidak? Secara pribadi saya katakan, aliran musik apapun tidak ada yang norak,kampungan, tidak bermatu dan lain-lain. Musik lahir dari suatu kebudayaan bangsa yang mewakili karateristik bangsa tersebut. Artinya musik melayu adalah musik yang dilahirkan oleh kebudayaan bangsa melayu, dan pasti masyarakat melayu sendiri sangat keberatan kebudayaannya dikataakan norak, termasuk saya juga ikut menolak.
Jadi salahkah mereka yang mengatakan musik melayu itu norak? Opini yang berkembang seperti itu memang harus diakui lahir dari fanomena perkembangan musik Indonesia yang memprihatinkan yang menurut saya memang tidak perlu terjadi. Gelombang celaan terhadap musik tersebut saat ini bisa dikatakan lebih besar dari pada celaan terhadap lagu-lagu cengeng pada era 80 an. Ini seperti pengulangan sejarah buruk industri musik Indonesia.
Dalam kejadian ini bukan musik melayu yang harus disalahkan, justru musik melayu telah menjadi korban dalam hal ini. Telah terjadi pemerkosaan terhadap musik melayu itu sendiri, dimana musik melayu harus menanggung aib sementara pelakunya sendiri tidak mendapat konsekuensi apapun. Pelaku pemerkosan itu adalah industri musik yang sudah mengharamkan idialisme bagi para artisnya dengan alasan ancaman kebangkrutan industri akibat maraknya pembajakan (namun apakah dengan cara meracuni kecerdasan apresiasi seni masyarakat indonesia?). Saya sendiri kurang tahu apakah group band yang memelayukan musiknya (saya tidak menganggap mereka beraliran musik melayu) seperti kangen band, st12, wali dan lain-lain, adalah pelaku juga ataukah korban.Saya rasa bahan dasar musik mereka tidak jelek, jadi kenapa tidak dikemas lebih berkualitas lagi? ambil contoh lagu Zakia dari God Bless dengan gaya dangdut, Mustofa ibrahim dari Queen gaya timur tengah, wihin withaut you dari the beatles gaya india, Pandangan pertama dari Slank dan lain-lain.
Nama-nama group band lokal dan asing yang baru saja disebutkan juga lagu-lagunya tersebut adalah contoh pengawinan dari dua aliaran musik timur dan barat yang cukup berhasil diukur dari sisi musikalitas. Pada dasarnya group band sekarang pun sudah melakukan hal tersebut dengan mengawinkan musik rock dari barat dan melayu dari timur (kangen,st12,wali,dll) hanya saja seperti yang kita dengar sendiri, mengapa harus digarap dengan kualitas yang sangat dangkal? Ko bisa musik seperti itu diluncurkan ke pasaran tanpa ada usaha menaikan lagi kualitas kemasan musiknya. Saya sangat yakin musik mereka akan tetap laku bahkan mungkin lebih laku dan dihargai kualiasnya bila kemasan musiknya diperbaiki, sebab apapun musiknya kalau sudah dikawinkan dengan musik melayu masyarakat pasti bisa menerima sebab pada dasarnya kuping kita adalah kuping melayu.
Saya ada sedikit ide, rasanya perlu adanya gerakan pembersihan nama baik musik melayu yang bisa dilakukan para praktisi musik, dengan menghadirkan karya musik melayu dalam kemasan yang bisa dipertanggung jawabkan secara musikalitas. Contohnya dengan mengawinkan musik melayu dengan aliran musik lain agar lebih berwarna misalnya dengan jazz,klasik,metal dll (namun tetap menjaga kwalitas musikalitas). Atau dengan membawa musik melayu se melayu melayu nya (asli) dengan memasukan instrumen asli seperti akordeon dan menggunakan syair bernuansa sastra melayu klasik (saya sudah mencoba di lagu saya sendiri).
Akhirnya semua kembali pada industri musik. Apa yang akan kau berikan untuk negeri ini?